Pernah gak sih kepikiran jalan-jalan tapi ngunjungin kuburan? Hehehe, bisa-bisa udah keburu parno duluan gitu ya. Tapi kalau kamu berkunjung ke Tana Toraja yang terletak di Sulawesi Selatan wisata utamanya ya kuburan. Cuma jangan pikiran kuburan ini mirip dengan kuburan lainnya, kuburan Tana Toraja tuh punya cerita keunikan dan cerita tersendiri. Mmmm, kira-kira gimana ya uniknya kuburan ini?
Perjalanan Makassar-Toraja
Kamu pecinta traveling pasti udah pernah dong dengar cerita tentang Tana Toraja? Yap, Tana Toraja adalah salah satu daerah wisata yang terletak di Sulawesi Selatan. Kalau kamu berangkat dari Makassar kamu bisa menggunakan bus dengan waktu tempuh sekitar 6-7 jam. Sementara kalau kamu pengen pakai pesawat akan memakan waktu tempuh sekitar 55 menit dengan menggunakan pesawat perintis. Tapi saran miss kamu mendingan pakai bus aja, karena pemandangan selama di perjalanan yang super indah gak akan kamu dapat kalau kamu menggunakan pesawat.
All about kuburan
Liburan di Tana Toraja siap-siap ketemu sama kuburan melulu. Kenapa? Karena menurut budaya sini, kematian adalah sesuatu yang sangat sakral. Bayangin aja, untuk satu pesta penguburan bagi kaum bangsawan paling sedikit harus menyembelih kerbau sebanyak 24 ekor. Kalau masyarakat biasa-biasa aja sih cukup 3-4 kerbau. Tapi tetap aja mahal kan?
Pallawa
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan yang berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 Km ke arah utara dari Rantepao.
Londa
Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. Londa terletak de Desa Sendan Uai, Kecamatan Sanggalai, sekitar 5 Km ke arah selatan dari Rantepao, Tana Toraja.
Ke'te Kesu
Ke’te Kesu berarti pusat kegiatan, dimana terdapatnya perkampungan, tempat kerajinan ukiran, dan kuburan. Pusat kegiatannya adalah berupa deretan rumah adat yang disebut Tongkonan, yang merupakan obyek yang mempesona di desa ini. Selain Tongkonan, disini juga terdapat lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir. Terletak sekitar 4 Km dari tenggara Rantepao.
Batu Tumonga
Di kawasan ini anda dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Dari tempat ini anda dapat melihat keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Terletak di daerah Sesean dengan ketinggai 1300 Meter dari permukaan laut.
Lemo
Lemo merupakan sebuah kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga dengan ukuran 3 X 5 M. Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dengan biaya sekitar Rp. 30 juta. Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma Nene. Kuburan Batu Lemo ini terletak di sebelah utara Makale, Kabupaten Tana Toraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar